STRATEGI PEMBELAJARAN DARING di MASA PANDEMI COVID 19 PADA PEMBELAJARAN ABAD 21 di SDN 2 KARANGMANGU KEC. SARANG KABUPATEN REMBANG
T U G A S ARTIKEL
STRATEGI
PEMBELAJARAN DARING di MASA PANDEMI
COVID
19 PADA PEMBELAJARAN ABAD 21 di SDN 2 KARANGMANGU KEC. SARANG KABUPATEN REMBANG
Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu: Dr. Sri Utaminingsih,
M.Pd.
Disusun oleh:
FATIQOH SAJDAH
NIM. 201903042
KELAS 2E
MEGISTER PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSIAS MURIA KUDUS
2020
STRATEGI
PEMBELAJARAN DARING di MASA PANDEMI
COVID
19 PADA PEMBELAJARAN ABAD 21 di SDN 2 KARANGMANGU KEC. SARANG KABUPATEN REMBANG
Abstrak
Dampak pandemic
covid 19 didalam dunia pendidikan telah kita rasakan terutama bagi seorang
pengajar dan siswa bahkan orang tua.Hampir seluruh kegiatan belajar mengajar di
sekolah terganggu dan mengancam masa depan mereka dijangka yang panjang
terutama di SDN 2 Karangmangu.Pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah
daerah mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan seluruh aktifitas dunia
pendidikan.Hal tersebut dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan penularan
virus corona 19 dengan menerapkan kebijakan kegiatan pembelajaran secara jarak
jauh atau pembelajaran berbasis online (daring) dengan strategi yang tepat
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan indikator kurikulum
yang ada pada saat ini.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
dasarnya COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom
pernapasan akut corona virus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar Coronavirus yang dapat
menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory
Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). COVID-19 sendiri
merupakan coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada
tahun 2019 (Ilmiyah, 2020; Hui, et al., 2020). Karena itu, Corona virus jenis
baru ini diberi nama Coronavirus disease-2019 yang disingkat menjadi COVID-19.
COVID-19 sejak ditemukan penyebaran virus ini secara luas hingga mengakibatkan
pandemi global yang berlangsung sampai saat ini. Gejala COVID19 umumnya berupa
demam 38°C, batuk kering, dan sesak nafas serta dampak paling buruk untuk
manusia ialah kematian. Sampai 19 April 2020 pukul 10:38:37 WIB, dilaporkan
terdapat 2.329.539 kasus terkonfirmasi dari 185 negara yang 160.717 orang
diantaranya meninggal dunia serta 595.229 orang bisa disembuhkan (Johns Hopkins
CSSE, 2020).
Wabah
COVID-19 mendesak pengujian pendidikan jarak jauh hampir yang belum pernah
dilakukan secara serempak pada saat sebelumnya (Sun et al., 2020) bagi semua
elemen pendidikan yakni peserta didik, guru hingga orang tua. Mengingat pada
masa pandemic, waktu, lokasi dan jarak menjadi permasalahan besar saat ini
(Kusuma & Hamidah, 2020). Sehingga pembelajaran jarak jauh menjadi solusi
untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran secara tatap muka.
Ini memberikan tantangan kepada semua elemen dari mulai jenjang pendidikan
untuk mempertahankan kelas tetap secara aktif meskipun sekolah telah ditutup.
Diskusi dan transfer pengetahuan secara face-to-face layaknya bertemu melalui
beragam platform video teleconference yang banyak tersedia gratis seperti Zoom
dan Google Meet. Platform tersebut menjadikan pendidik dan peserta didik untuk
bertemu dan berinteraksi secara virtual dengan fasilitas pesan instan dan kegiatan
presentasi (Wiranda & Adri, 2019). Berbagai layanan tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai penunjang transfer pengetahuan hingga diskusi terkait
konten pembelajaran seperti ini. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan segala
sumber daya local secara nasional seperti saluran televisi untuk edukasi (Zhou
et al., 2020). Di Indonesia, televisi pada saluran TVRI digunakan untuk
menyiarkan konten edukasi secara nasional. Konten yang disiarkan digolongkan
berdasarkan jenjang pendidikan yang sesuai dengan kurikulum di Indonesia yaitu
Kurikulum 13.
Di masa depan keberlangsungan, kebergunaan dan
kebermaknaan pendidikan kita akan ditentukan oleh kemampuannya serta
fleksibelitas kita dalam merespons hal-hal yang tak terduga. Pandemi Covid-19
salah satunya. Kurikulum 2013 misalnya tidak dirumuskan untuk menghadapi pandemi
Covid-19 di tahun 2020. kita butuh kurikulum yang fleksibel, kita butuh
skenario pembelajaran yang sesuai (silabus, lesson plan) yang fleksibel,
multi-skenario pembelajaran, kita butuh pedagogik yang fleksibel, sejenis
multimodal pedagogy–atau apapaun namanya itu, kita butuh assessment yang juga
fleksibel dengan tanpa mengurangi kualitas, agar di saat-saat tertentu ketika
muncul hal-hal tak terduga yang tak terprediksi (bencana, konflik, riots),
pendidikan akan tetap berlangsung. Tentu saja dengan tetap harus mengutamakan
manusia di atas kurikulum, metode, media, dan teknis assessment apapun itu
bentuknya.
Maryam Banisaeid, Jianbin Huang (2015) Although self-regulation, derived from
educational psychology, is a new topic in the second language learning field,
language learning strategy was the main focus of many studies in the last two
decades. Pada dasarnya kurikulum 2013 sebagai acuan pendidikan di Indonesia selama ini
dinilai sudah tidak memadai untuk masa pandemi Covid-19. Karena itu, pemerintah
didesak agar segera mengembangkan kurikulum baru yang lebih sesuai dengan
kondisi, siswa, guru, dan sekolah saat masa darurat kesehatan pada saat
sekarang ini.Pandemi Covid-19 kiranya bisa menjadi pintu masuk untuk
mengubah pembelajaran secara tekstual menjadi kontekstual. Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi pelajaran
dalam kehidupan sehari-hari ( nyata). Peserta didik diharapkan dapat menemukan
dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan pengetahuan
yang mereka miliki secara menyeluruh. Dengan demikian, mereka akan lebih
memahami dan lebih memaknai arti pengetahuannya.Dengan demikian, ketika peserta
didik diasah kemampuannya untuk melihat dunia nyata dan memviralkan kepada
publik melalui hasil analisisnya, sudah membuktikan nilai penguatan yang
dimilikinya pada dunia. pendidikan karakter yang terutama nilai integritas
sebagai aspek ungkapan bela rasa maupun empati kepada sesama.
Sedangkan pada
dasarnya Sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran
dimana kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah untuk merubah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher-centered learning)
menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered
learning).Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan dimana peserta didik
harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar pada dirinya. Berdasarkan “21
stCentury Partnership Learning Framework” bahwa karakter pembelajaran abad 21
yang sering disebut ISSN: 2557-8944 merupakan Pembelajaran Inkuiri Kolaboratif
Daring Dengan Media Sosial Whats App (Hikmah Mu’alimah) 2017 yang terdiri
sebagai 4C yaitu communication (komunikasi), Collaboration(kerjasama), Critical
Thinking and Problem Solving (Berpikir kritis dan pemecahan masalah), dan
Creativity and Innovation Semua karakter ini bisa dimiliki oleh peserta didik
apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan
yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan sebuah
masalah. Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan
berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.Pada
sebuah karakter komunikasi, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola
dan mengklorabosikan.
Harapannya, para guru
dan peserta didik di SDN 2 Karangmangu jangan sampai pembelajaran daring hanya
dapat menghasilkan peserta didik sebagaimana robot yang hanya melulu mengerjakan
latihan soal dengan seabreg ( sebanyak banyaknya) tugas-tugas tanpa mampu
berpikir dalam level tinggi. Untuk itu keberhasilan pembelajaran daring
tersebut perlu adanya kerjasama sinergis antara guru, sekolah, orang tua,
dan peserta didik. Sekolah perlu menaruh kepedulian kepada orang tua peserta
didik yang tidak mampu membeli kuota atau tidak memiliki ponsel.Dengan memadai
dan memfasilitasi,dimana pembelajaran daring bisa berjalan secara optimal.Di
samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini
tergantung pada kedisiplinan semua berbagai pihak. Oleh karena itu, pihak
sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam
mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal
yang secara sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi
orang tua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat
terpantau secara efektif dan efisensi
B.
Tujuan Penelitian
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui
strategi yang dapat dilakukan pada pembelajaran daring pada saat pandemi covid
19 di SDN 2 Karangmangu
2. Efektifitas
daring berdasarkan pengamalan siswa dan guru yang terjadi di SDN 2 Karangmangu
3. Mengetahui
kelebihan dan kekurangan daring berdasarkan pengalaman siswa di SDN 2
Karangmangu
C Kajian Teori
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengaskan strategi penerapan kegiatan
belajar di masa pandemi Covid-19 ini. Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan
Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hamid Muhammad
menjelaskan, sebagai upaya untuk
menegakkan Kegiatan Belajar Bengajar (KBM) di tengah Pandemi Covid-19,
Kemendikbud telah mengatur kebijakan melalui Surat Edaran Nomor 4 tahun2020
Kementerian Pendidikan yang memuat empat hal tersebut. Ada empat pokok utama
strategi yang diusung Kemendikbud antara lain:
1. Pembelajaran
secara daring, baik secara interaktif maupun non interaktif.
Hal
ini perlu dilakukan meskipun tidak semua anak-anak dapat melakukannya, hal ini
dikarenakan i faktor infrastruktur. Dalam hal ini, kata Hamid, paling penting
adalah pembelajaran harus terjadi meski di rumah.Tanpa para guru harus memiliki
target bahwa kurikulum harus tercapai. Bukan memindahkan sekolah di rumah,
namun pilihlah materi-materi yang esensial yang perlu dilakukan oleh anak-anak
di rumah,
2. Kedua
adalah tenaga pengajar atau guru harus memberikan pendidikan kepada anak-anak
tentang kecakapan hidup, yakni pendidikan yang bersifat kontekstual sesuai
kondisi rumah masing-masing, terutama pengertian tentang Covid-19, mengenai
karakteristik, cara menghindarinya dan bagaimana cara agar seseorang tidak
terjangkit virus tersebut.
3. Pembelajaran
di rumah harus disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-masing anak.
"Jadi jangan disama-ratakan untuk semua anak,dan harus memperhatikan semua
kondisi lingkungan anak-anak, termasuk akses terhadap internet
4. Keempat
adalah bagi para tenaga pengajar atau guru, tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa tidak harus dinilai seperti biasanya di Sekolah, akan tetapi penilaian
lebih banyak kualitatif yang sifatnya memberi motivasi dan dorongan kepada
anak-anak.
RikaJunianti,(2020),his
research addresses two research objectives : (1) what strategies the students use
in learning writing skills, and (2) what problems the students have in learning
the writing skill. Aktivitas yang melibatkan kumpulan orang-orang kini mulai
dibatasi seperti bersekolah, bekerja, beribadah dan lain sebagainya. Pemerintah
sudah mengimbau untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah untuk menekan
angka pasien yang terpapar virus COVID-19. Menteri Nadiem Anwar Makarim
menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor
36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam MasaDarurat
Coronavirus Disease (COVID-19) maka kegaiatan belajar dilakukan secara daring
(online) dalam rangka pencegahan penyebaran coronavirus disease (COVID0-19).
(Menteri Pendidikan, 2020)
Dengan munculnya
pandemik COVID-19 kegiatan belajar mengajar yang semula dilaksanakan di sekolah
kini menjadi belajar di rumah melalui daring. Pembelajaran daring dilakukan
dengan disesuaikan kemampuan masing-masing sekolah. Belajar daring (online)
dapat menggunakan teknologi digital seperti google classroom, rumah belajar,
zoom, video converence, telepon atau live chat dan lainnya. Namun yang pasti
harus dilakukan adalah pemberian tugas melalui pemantauan pendampingan oleh
guru melalui whatsapp grup sehingga anak betul-betul belajar. Kemudian guru guru
juga bekerja dari rumah dan berkoordinasi dengan orang tua, bisa melalui video
call maupun foto kegiatan belajar anak dirumah untuk memastikan adanya
interaksi antara guru dengan orang tua.
Menurut Vicky
dan Putri (Wicaksono & Rachmadyanti, 2016) Penyelenggaran google classroom
di sekolah dasar tanpa menyampingkan pembelajaran konvensional yang dilakukan.
Hal ini merupakan kelebihan blended learning, dimana menggabungkan dua metode
pembelajaran konvensional dan daring agar siswa merasa nyaman dan aktif dalam
mengonstruksi pengetahuannya. Survei yang dilakukan Lenny N Rosalin Deputi
Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak juga menunjukan harapan anak tentang
program belajar dirumah. Anak-anak yang mengikuti survei dari 29 provinsi
berharap agar sekolah tidak terlalu banyak memberikan tugas dan komunikasi dua
arah antara guru dan murid dirasa lebih efektif dan efesien. (Ade Nasihudin Al
Ansori, 2020).Tiga langkah strategis yang dapat dilakukan Kemendikbud untuk
mengatasi permasalahan tersebut dan mendukung budaya pembelajaran daring di
Indonesia, bahkan pasca pandemi COVID-19 berakhir.
1.menanamkan pola pikir tentang cara baru belajar.
Dengan
perkembangan teknologi dan internet saat ini dan mungkin 10-20 tahun ke depan,
proses belajar dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja
tanpa ada batas ruang dan waktu tertentu.
2.
Menyiapkan regulasi untuk pengembangan sumber belajar digital
Pemanfaatan
platform yang menyediakan kelas daring (Massively Open Online Courses, atau
MOOC) secara pasif dan terbuka menjadi salah satu tren praktik pembelajaran
daring yang paling efektif saat ini.
3.Mencetak
tenaga pendidik yang adaptif dalam teknologi pembelajaran
Menurut
penelitian dari Universitat Oberta de Catalunya, Spanyol, kemampuan pendidik
dalam mendesain strategi belajar menjadi sangat penting karena merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan pembelajaran daring.Di antaranya,
merancang, mengorganisir, serta mengendalikan aktivitas dan materi belajar yang
interaktif untuk mencapai suatu indikator pembelajaran.
Menurut
Irwan,Monica Tiara dan Rita Anggraini (2019) mengungkapakan bahwa pembelajaran
tatap muka dan pembelajaran daring jika dipadukan disebut dengan istilah
blended learning. Istilah blended learning merupakan istilah yang mengacu pada
pembelajaran yang menggunakan lebih dari satu jenis strategi pembelajaran. Saat
ini, istilah “blend” dalam pembelajaran telah di jamak yang dikaitkan dengan
pembelajaran elektronik atau e-learning. Littlejohn dan Pegler (2007:226)
mendefinisikan blended learning sebagai learning that combines different
technologies, in particular a combination of traditional (e.g. face-to-face
instruction) and online teaching approaches and media. Penjelasan Littlejohn
dan Pegler (2007:226) mengenai blended learning dapat dilihat bahwa
pembelajaran jenis ini mengkombinaskan antara pendekatan tradisional yakni
berupa kelas tatap muka serta pendekatan pembelajaran daring dimasa pandemi.
Kombinasi dalam pembelajaran bauran tidak hanya dalam pendekatan atau strategi
pembelajaran saja, namun juga termasuk dalam penggunaan media dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Strategi Pembelajaran
Pada dasarnya
istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara menggunakan
seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang
berperang dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum
melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang
dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun secara kualitasnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam
mencapai suatu tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Sanjaya
Wina (dalam Trianto, 2008) istilah strategi di dalam konteks belajar-mengajar,
strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan
kegiatan belajar-mengajar. Maka dari itu, konsep strategi dalam hal ini
menunjuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru dan peserta didik
di dalam peristiwa belajar-mengajar.
Menurut Cropper
di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan pilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku
yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajaranya
harus dapat dipraktikkan dan dilakukan secara nyata. Ada dua hal yang perlu
dicermati dari pengertian-pengertian di atas, yaitu:
a.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam suatu
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.
b.
Starategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua
keputusan dalam penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana/rangkaian tindakan
dalam menggunakan suatu metode yang akan diaplikasikan ke dalam proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan-tujuan belajar di suatu kelas.
2.
Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring)
Pembelajaran
Daring merupakan program penyelenggaraan kelas.pembelajaran dalam jaringan
untuk menjangkau kelompok target yang pasif dan luas. Melalui jaringan,
pembelajaran dapat diselenggarakan secara pasif dengan peserta yang tidak
terbatas. Pembelajaran Daring dapat saja diselenggarakan dan diikuti secara
gratis maupun berbayar.
- Tujuan Pembelajaran Dalam
Jaringan (Daring)
Pembelajaran
Daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu secara dalam jaringan
(daring) yang bersifat pasif dan terbuka guna untuk menjangkau audiens yang
lebih banyak dan lebih luas.
- Manfaat Pembelajaran Dalam
Jaringan (Daring)
1. Meningkatkan
mutu pendidikan dan pelatihan dengan cara memanfaatkan multimedia secara
efektif dalam pembelajaran.
2. Meningkatkan
keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui penyelenggaraan
pembelajaran dalam jaringan.
3. Menekan
biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui pemanfaatan
sumber daya secara bersama.
- Karakteristik Dalam Jaringan
(Daring)
1. Daring
Pembelajaran Daring adalah
pembelajaran yang diselenggarakan melalui jejaring web.
2. Masif
Pembelajaran Daring adalah
pembelajaran dengan jumlah partisipan tanpa adanya batas yang
diselenggarakan melalui jejaring web.
3. Terbuka
Sistem Pembelajaran Daring bersifat
terbuka dalam artian terbuka aksesnya bagi kalangan pendidikan, kalangan
industri, kalangan usaha, dan khalayak masyarakat secara umum.
Pembelajaran
daring identik dengan pengertian E-Learning
E-Learning adalah sebuah proses
pembelajaran yang berbasis elektronik.
Salah satu media
yang digunakan adalah
jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer
memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian
dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian
e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Sistem
e-learning ini tidak
memiliki batasan akses,
inilah yang memungkinkan
perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu dirumah.
Pengertian
E-Learning Menurut Para Ahli (Michael, 2013:27) E-learning adalah Pembelajaran
yang disusun ialah dengan tujuan menggunakan suatu sistem
elektronik atau juga komputer
sehingga mampu untuk mendukung suatu proses pembelajaran .
(Chandrawati,
2010) E-learning adalah Suatu
proses pembelajaran jarak
jauh dengan cara menggabungkan prinsip-prinsip didalam
proses suatu pembelajaran
dengan teknologi.
(Ardiansyah,
2013) E-learning adalah suatu sistem pembelajaran yang digunakan ialah sebagai
sarana ialah sebagai proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus
bertatap muka dengan secara langsung antara pendidik dengan siswa/i .
(Setiawan, 2020) Penyebaran pandemi virus Corona (Covid-19) di Indonesia
membuat banyak sekolah menghentikan proses pembelajaran tatap muka. Sebagai
gantinya, pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh atau remote
learning. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim juga
berupaya membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang fokus mengembangkan
sistem pendidikan daring (dalam jaringan).
Penerapan
pembelajaran daring di SDN 2 Karangmangu ini menuntut kesiapan bagi kedua belah pihak,
baik itu dari penyedia layanan pendidikan atau dari peserta didik sendiri.
Bagaimanapun juga, pembelajaran secara daring dan jarak jauh membutuhkan
bantuan teknologi yang mampu dan dapat diakses dengan mudah.Selain itu, para
murid juga mesti siap beradaptasi dengan perubahan pembelajaran yang diatur
oleh sekolah. Remote learning dapat dipandang lebih bebas dan fleksibel diakses
dari rumah.Strategi agar pembelajaran daring dan jarak jauh dapat dilakukan
dengan efektif dan tercapai antara lain:
1.Tetapkan
manajemen waktu
Atur waktu belajar dengan teratur dan terkontrol.
Kerjakan dengan fokus tugas yang dibebankan guru atau dosen. Hal ini lebih
mudah dijalani jika pihak sekolah atau universitas memberikan batasan jadwal
akses daring kepada murid-muridnya. Hal ini akan berbeda jika penyedia layanan
pendidikan memberikan fleksibilitas penuh kepada pelajar. Para siswa mesti
mengatur sendiri jadwal belajar mereka.Bagi orang-orang yang belum terbiasa
belajar mandiri, biasanya akan mengerjakan tugas-tugas sekolah di menit-menit
terakhir tenggat waktu yang ditetapkan. Oleh sebab itu, membiasakan diri untuk
belajar dan mengerjakan tugas di awal waktu adalah keterampilan yang mesti
ditanamkan kepada siswa yang melakukan remote learning.
2.
Persiapkan teknologi yang dibutuhkan
Para murid harus mengetahui peralatan-peralatan apa
saja yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Tidak semua
sekolah sudah menyediakan layanan belajar daring yang memadai, oleh karenanya
beberapa platform belajar daring dapat menjadi alternatif. Demikian juga
perkakas teknologi seperti komputer, gawai pintar, atau tablet menjadi penting,
dan terutama juga jaringan internet yang baik.
3.
Belajarlah dengan serius
Kesalahan yang sering dilakukan siswa, sebagaimana
dilansir dari Psychology Today adalah tidak fokus ketika melakukan remote
learning. Selama melakukan pembelajaran di internet, terdapat banyak sekali
distraksi yang mengganggu proses pembelajaran. Godaan untuk menonton video,
mengakses media sosial, hingga membaca-baca konten berita secara impulsif
seringkali dilakukan tanpa rencana sebelumnya.Oleh sebab itu, penting bagi
siswa untuk berusaha fokus dan konsisten selama waktu belajar yang ditetapkan.
Hindari segala macam distraksi yang berpotensi mengganggu proses belajar. Jika
memungkinkan, tetapkan ruang khusus untuk belajar dan menjauhkan diri dari
gangguan anggota keluarga yang lain.
4.Jaga
komunikasi dengan pengajar dan teman kelas
Bagi yang belum terbiasa melakukan remote learning,
ia harus menyesuaikan diri untuk terus visible dan berkomunikasi secara tanggap
dengan pengajar atau teman kelas lain. Jika dibutuhkan, perlu juga diadakan
grup khusus untuk membahas tugas yang dibebankan pengajar. Kendati tidak harus
dilakukan dengan tatap muka, komunikasi mesti terjalin dengan baik untuk
menghindari kesalah pahaman.Gunakan momen-momen semacam ini untuk mengasah
keterampilan komunikasi daring yang dilakukan. Jika memang belum yakin dengan
hasil tugas yang dikerjakan, segera hubungi pengajar. Lakukan sesegera mungkin
untuk menunjukkan komitmen bahwa kita serius untuk belajar.Kendati banyak siswa
merasa kesulitan melakukan remote learning, jika sudah terbiasa, hal ini malah
memberi kebebasan dan fleksibilitas tersendiri, yang tidak ditemui pada
kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Di tengah penyebaran wabah Covid-19,
pembelajaran daring semacam ini justru dapat menjadi alternatif jitu sebagai
pengganti pertemuan kelas atau pembelajaran tatap muka.
Apabila prinsip
pembelajaran di atas diselaraskan dengan 4 pilar pendidikan yang disusun oleh
UNESCO, yaitu Learning to Know (belajar untuk mengetahui), Learning to Do
(belajar untuk melakukan sesuatu), Learning to Be (belajar untuk menjadi
sesuatu), dan Learning to Live Together (belajar untuk hidup bersama), maka
saat ini adalah kesempatan paling tepat untuk mengatur ulang arah pada dunia
pendidikan kita yang selama sudah tersesat jauh dari tujuan.Dunia pendidikan
harus kembali mengajarkan cara belajar (Learning How to Learn), bukan Learning
What to Learn (belajar tentang sesuatu). Semua ini tercermin dari isi
pembelajaran daring seminggu ini di mana guru masih berkutat tentang konten
atau materi yang dibuat untuk memberi tahu peserta didik daripada membiarkan
mereka untuk mencari tahu sendiri.
Dengan adanya
internet peserta didik dapat belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan,
belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk hidup bersama dengan
pendekatan yang sangat berbeda di masa pra internet,di mana guru menjadi
satu-satunya sumber belajar. Para pendidik cukup memfasilitasi bagaimana
peserta didik dapat mencari tahu sumber belajar yang dapat dipercaya, bukan
hoax, dan bukan sekedar opini seseorang yang kredibilitasnya masih diragukan.
Pada 2014 Bank
Dunia meluncurkan sebuah kajian berjudul Developing Social-Emotional Skills for
the Labor Market (Mengembangkan Keterampilan Sosial Emosional untuk Dunia
Kerja) yang ditulis oleh Nancy Guerra, Kathryn Modecki, dan Wendy Cunningham.
Ada 8 keterampilan yang paling dicari oleh perusahaan-perusahaan dalam merekrut
pegawai;
Pertama,
memecahkan masalah yang optimal perkembangannya di usia anak (6-12 tahun) dan
remaja (12-18 tahun), namun dapat dikenalkan dasarnya sejak usia dini (0-5
tahun), dan dapat dikuatkan sampai usia dewasa (19-29 tahun).
Kedua,
ketangguhan (tidak mudah menyerah) yang optimal perkembangannya di saat usia
dini (0-5 tahun) dan usia anak (6-12 tahun), serta dapat dikuatkan sampai pada
usia remaja (12-18 tahun).
Ketiga,
motivasi untuk berprestasi yang optimal perkembangannya anak (6-12 tahun) dan
dapat dikuatkan sampai pada usia remaja (12-18 tahun).
Keempat,
pengendalian diri yang optimal perkembangannya di usia dini (0-5 tahun)
dilanjutkan pada usia anak (6-12 tahun) hingga di usia remaja (12-18 tahun),
dan dapat dikuatkan sampai usia dewasa (19-29 tahun).
Kelima,
Teamwork yang optimal perkembangannya di usia dini (0-5 tahun) dan usia anak
(6-12 tahun), serta dapat dikuatkan sampai pada usia remaja (12-18 tahun).
Keenam,
prakarsa yang optimal perkembangannya dari usia dini sampai dengan dewasa (0-29
tahun).
Ketujuh,
kepercayaan diri yang optimal perkembangannya di usia anak (6-12 tahun) dan
remaja (12-18 tahun), namun dapat dikenalkan dasarnya sejak usia dini (0-5
tahun), dan dapat dikuatkan sampai usia dewasa (19-29 tahun).
Kedelapan,
etika yang optimal perkembangannya di usia anak (6-12 tahun) dan remaja (12-18
tahun), namun dapat dikenalkan dasarnya sejak usia dini (0-5 tahun).
Jika
para pendidik dan orang tua di SDN 2 Karngmangu memahami bahwa
keterampilan-keterampilan tersebut yang dibutuhkan untuk dikembangkan dalam
diri para peserta didik dalam menghadapi tantangan di abad ke-21 ini, maka
model dan strategi pembelajaran dapat diarahkan agar bermuara ke sana. Misalnya
selama masa belajar di rumah ini peserta didik dapat diarahkan untuk mencari
pemecahan masalah yang berhubungan dengan Covid-19. Solusinya bisa dari sisi
kesehatan, pangan, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya.
Kelebihan dan Kekurangan Daring
Kelebihan:
1. Tersedianya fasilitas
e-moderating dimana pengajar
dan peserta didik dapat berkomunikasi secara
mudah melalui fasilitas internet secara reguler
atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat, dan waktu.
2. Pengajar dan
peserta didik dapat menggunakan
bahan ajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui
internet
3. Peserta didik dapat
belajar (me-review) bahan
ajar setiap saat
dan dimana saja apabila diperluka mengingat bahan ajar
tersimpan di komputer.
4. Bila peserta didik memerlukan
tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet
5. Baik pengajar maupun peseta didik
dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah
peserta yang banyak
6. Berubahnya peran peserta didik dari
yang pasif menjadi aktif
7. Relatif lebih efisien.
8. Peserta didik merasa punya lebih
banyak waktu dirumah bersama keluarganya
9. Peserta didik merasa lebih rileks
dan tidak tegang
Kekurangan:
1. Kurangnya interaksi antara pengajar
dan peserta didik atau bahkan antara peserta didik itu sendiri, bisa
memperlambat terbentuknya values
dalam proses belajar mengajar.
2. Kecenderungan mengabaikan
aspek akademik atau
aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek bisnis atau
komersial.
3. Proses belajar
dan mengajarnya cenderung
ke arah pelatihan
dari pada sebuah pendidikan.
4. Berubahnya peran guru
dari yang semula
menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini
dituntut untuk menguasai
teknik pembelajaran dengan menggunakan ICT (Information Communication
Technology).
5. Peserta didik yang tidak mempunyai
motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6. Tidak semua
tempat tersedia fasilitas
internet (berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon, dan komputer). (Taufik.net, 2010)
7. Peserta didik merasa lebih sulit
memahami materi yang disampaikan oleh guru
Kendati banyak siswa SDN 2
Karangmangu merasa kesulitan melakukan remote learning, jika sudah
terbiasa, hal ini malah memberi kebebasan dan fleksibilitas tersendiri, yang
tidak ditemui pada kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Di tengah
penyebaran wabah Covid-19, pembelajaran daring semacam ini justru dapat menjadi
alternatif jitu sebagai ganti pertemuan kelas atau pembelajaran secara tatap muka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran Daring di SDN 2
Karangmangu merupakan program penyelenggaraan kelas dimana pembelajaran dalam jaringan untuk
menjangkau kelompok target yang masif dan luas. Melalui jaringan, pembelajaran
dapat diselenggarakan secara masif dengan peserta yang tidak terbatas. Pembelajaran
Daring dapat saja diselenggarakan dan diikuti secara gratis maupun berbayar.
Tiga Strategi Pembelajaran Daring
Strategi yang diterapkan di SDN 2
Karangmangu di sini hanya berupa hal-hal yang perlu disadari oleh pengajar
online (tutor) ketika memulai perkuliahan daringnya. Hal-hal tersebut adalah
aspek-aspek yang membedakan kuliah daring dengan tatap muka, baik dari sisi
kelemahan maupun kelebihannya dalam pembelajaran daring.
ü Pembelajaran
daring bukan hanya berkutat dengan internet, melainkan aspek penting yaitu
“lebih aman (safer)”.
ü Kita
mengenal Learning Management Systems (LMS) sebagai komponen penting e-learning.
Akhir-akhir ini aksi “bulying” kerap terjadi ketika proses pembelajaran. Dengan
LMS, peserta didik dengan nyaman berinteraksi dengan tutor-nya tanpa khawatir
dicemooh oleh peserta lainnya. Di sinilah letak “safe” tersebut. Intinya,
peserta didik bebas mengekspresikan ide-idenya.
ü Pembelajaran
daring memperluas komunitas pembelajaran. Memperluas di sini karena antara satu
siswa satu dengan siswa lainnya memiliki akses komunikasi yang lebih baik
dibanding diskusi tatap muka yang terbatas oleh ruang dan waktu. Bahkan diskusi
tatap muka yang sudah baik pun masih memiliki kendala dimana ada kecenderungan
siswa kurang peduli terhadap apa yang dikatakan oleh rekannya. Mungkin karena
akibat dia sendiri sedang berjuang memahami konsep-konsep di benaknya. Selain
itu, kebanyakan perkuliahan tatap muka hanya menjadi ajang kontes kecanggihan
profesor pengajar saja, padahal harusnya berfokus ke perkembangan intelektual
peserta didik.
ü Menemukan
ritme. Hal terakhir ini salah satu kendala utama pembelajaran daring. Ketika
kita terbiasa dengan jadwal yang pasti, urutan proses perkuliahan yang runtun,
pada perkuliahan online peserta didik harus mengatur sendiri jadwal secara optimal
kapan dia belajar dan harus keluar dari zona nyamannya yang biasa mereka
lakukan dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi (tatap muka yang
teratur). Jika tidak diantisipasi, dapat dipastikan siswa akan lalai dalam
mengatur waktunya. Tetapi jika siswa mampu mengetahui kapan waktu-waktu
optimalnya akibat kebebasan dalam belajar daring, banyak keutamaan-keutamaan
yang diperoleh dari perkuliahan online.
B. Saran
Strategi pembelajaran
daring dalam masa pandemi Covid-19 seperti saat ini adalah suatu keniscayaan.
Dengan dalih untuk mengurangi kerumuman massa dan menegakkan aturan menjaga
jarak sosial (social distancing), pembelajaran daring menjadi pilihan.
Problematika yang muncul dalam pelaksanaannya seperti yang disebutkan di depan
tentu tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Perlu langkah-langkah strategis
dan bijak yang diambil oleh seluruh stakeholders untuk
melaksanakan kebijakan ini.
Berbagai
alternatif di atas selayaknya bisa dijadikan inspirasi dan masukan berharga
untuk kita semua, terutama sekolah, guru, orangtua dan pemangku kebijakan.
Dilema yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran daring tidak terus menurus
menjadi hambatan untuk mensukseskan kebijakan belajar dari rumah. Tugas guru
untuk mencerdaskan siswa-siswa dan mencapaik tujuan pembelajaran tetap
ditunaikan meski tidak dapat bersua secara langsung. Dengan demikian,
siswa-siswa di Indonesia tetap memperoleh haknya untuk belajar dan mengasah
kemampuan dalam berpikir, bertutur, dan bertindak di tengah adanya pendemi
Covid-19 pada saat ini. Semoga pandemi ini cepat berakhir dan berlalu. Dan,
kita diberikan kesehatan lahir dan batin.
Guru harus mampu
mengatur strategi pembelajaran yang terjadi saat kita mengalami pembelajaran di
saat ada gangguan seperti pandemic covi 19 agar proses pembelajaran berlangsung
dan pencapaian kurikulum dan tujuannya tercapai.
Daftar
Pustaka
Irwan, Monica Tiara, dan Rita Angraini, (2019) DESAIN
MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING PADA PERKULIAHAN ...REFLEKSI EDUKATIKA :
Jurnal Ilmiah Kependidikan 10 (1) Desember 2019. Hlm. 48-57
Maryam Banisaeid, Jianbin Huang, (2015)The
Role of Motivation in Self-regulated Learning and Language Learning Strategy:
In the Case of Chinese EFL Learners,
Vol 4, No 5 (2015)
International Journal of Applied Linguistics & English Literature. 36-42
Rika,Junianti Bambang, Widi Pratolo Arifiana, Tri Wulandari,
(2020) The Strategies of Learning Writing Used by EFL Learner sata Higher
Education Institution, Vol. 7, No. 1, 2020 Universitas Ahmad Dahlan Indonesia.64-72
Sanjaya, R. (Ed.). (2020). 21 Refleksi Pembelajaran
Daring di Masa Darurat. SCU Knowledge
Media.
Zhang, D., Zhao, J. L., Zhou, L., & Nunamaker
Jr, J. F. (2004). Can e-learning replace classroom learning? Communications of
the ACM, 47(5), 75–79.
Gunawan, Suranti, NMY. & Fathoroni (2020).
Variations of Models and Learning Platforms for Prospective Teachers During the
COVID-19 Pandemic Period. Indonesian Journal of Teacher Education. 1 (2), 61-70
https://journal.publicationcenter.com/index.php/ijte/article/view/95/
Komentar
Posting Komentar